Koperasi Jamu (KOJAI) Sukoharjo

Just another WordPress.com weblog

Jamu Brand Indonesia

Kiranya perlu kita ingat, bahwa Pemerintah kita telah begitu perhatian terhadap perkembangan Jamu. Mengingat jamu bagi masyarakat Indonesia telah dianggap sebagai budaya, yang harus sama-sama kita lestarikan.

Pesan yang mendalam yang dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia melalui “Jamu Brand Indonesia” tanggal 27 Mei 2008, telah menyadarkan semua pihak untuk mengembangkan industri dan usaha jamu, sehingga tahun 2008 dikenal menjadi tahun kebangkitan jamu Indonesia.

Pesan Pak SBY dalam Pengembangan Jamu, “JAMU BRAND INDONESIA”.
1. Peningkatan produksi,mulai dari bahan baku hingga produk akhir.
2. Peningkatan peran jamu dalam kesehatan, kebugaran dan kecantikan.
3. Bimbingan dan memudahkan terkait dengan standarisasimutu jamu serta produksi dan distirbusi jamu berkualitas.
4. Promosi dan pemasaran jamu.
5. pengawasan atas produk-produk jamu
6. Pengembangan penelitian dan pengembangan jamu.
7. Integritas sistem kesehatan medis dan Komplementer berbasis jamu, sebagai “sistem ganda”, kedua sistem jangan dikotak-kotakkan.
8. Masukan “Jamu Brand” Indonesia dalam “Mainstream” strategi pemasaran Indonesia.
9. Kembangkan dan manfaatkan berbagai fasilitas untuk usaha mikro, kecil dan menengah jamu.

Ayo bangkit jamu Indonesia…

Juli 29, 2010 Posted by | Berita Jamu Indonesia, Ide Bagus, Info Kegiatan Kojai | Tinggalkan komentar

Lokakarya Tanaman Obat Indonesia 28-29 Juli 2010

Alhamdulillah, kami dapat hadir di kota Jakarta. Hari ini adalah hari yang begitu penting, dikarenakan pada hari ini akan dilaksanakan pembukaan LOKAKARYA NASIONAL TANAMAN OBAT INDONESIA yang diselenggarakan di Kementerian Kehutanan RI di Jakarta.

Acara yang bertajuk “Sinergi Multipihak dalam Budidaya, Pelestarian dan Peningkatan Kualitas Tanaman Obat Indonesia” diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan insya Allah akan berlangsung dari tanggal 28-30 Juli 2010.

Yang menghadiri acara ini adalah berbagai Kementerian seperti Kesehatan, Ristek, Perekonomian, Koperasi dan UMKM. Selain itu juga hadir diantaranya adalah utusan dari Rumah sakit yang telah menggunakan OT sebagai obat pilihan dalam menterapi pasiennya, Balitro, BPTO Tawangmangu, UGM, madu Perhutani, koperasi jamu, para herbalis dan masih banyak lagi.

Acara dimulai dengan talkshow, kemudian stelah Bapak Kemeneg Kehutanan datang pembukaan Lokakarya pun dimulai.

Alhamdulillah, kami dari KOJAI Sukoharjo turut hadir dalam acara ini, bersama dengan kedua Anggota Kami IKOT PJ AL-Ghuroba’ yang merupakan pengepul madu sekaligus perusahaan jamu dan PJ BISMA SEHAT. Kedunya merupakan binaan dari KOJAI.

Demikian yang dapat kami sampaikan saat ini. Terima kasih.

Juli 29, 2010 Posted by | Artikel Kesehatan, Berita Jamu Indonesia, Ide Bagus, Info Kegiatan Kojai | Tinggalkan komentar

Jamu yang Halal

Jakarta – Kesadaran masyarakat kembali ke alam membuat jamu dan obat suplemen jadi alternatif. Namun, konsumen muslim harus tetap berhati-hati, mengingat besarnya peluang pengunaan bahan-bahan yang belum jelas kehalalannya pada produk jamu yang makin menjamur.

Siapa yang tak kenal jamu? Minuman tradisionil yang sekaligus berfungsi sebagai obat-obatan ini telah dikenal sejak jaman kakek dan nenek kita hingga sekarang. Seiring waktu jamu lebih dikenal dengan sebutan populer yaitu obat-obatan herbal. Jika dulu jamu dijual dengan cara digendong sehingga lebih dikenal dengan sebutan jamu gendong, kini jamu tampil lebih modern seperti dalam bentuk kapsul atau pil.

Jamu dan obat suplemen sebenarnya merupakan dua kelompok produk yang berbeda. Jamu dikategorikan sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit tertentu, sedangkan makanan suplemen tidak dikategorikan sebagai obat. Suplemen lebih sebagai peningkat daya tahan tubuh yang berkhasiat untuk mencegah timbulnya penyakit tertentu.

Kini ditengah gencarnya berbagai promosi produk jamu dan suplemen hendaknya konsumen perlu berhati-hati. Tidak seperti dulu dimana jamu banyak menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Kini banyak pula yang menggunakan bahan-bahan dari hewan.

Sebagai contoh salah satu jamu yang diproduksi lokal menggunakan jeroan ayam sebagai salah satu komposisi bahannya. Selain itu jamu dengan bahan-bahan hewani juga ditemukan dalam produk jamu asal Cina. Tidak hanya hewan yang umum dikonsumsi tetapi juga mencakup hewan buas dan hewan lainnya.

Misalnya  saja jamu Tiongkok yang dipercaya bisa dengan menyembuhkan luka pasca operasi ternyata mengandung darah ular. Begitu pula dengan produk suplemen yang mengandung bahan hewani, seperti produk yang kaya kalsium yang berasal dari tulang sapi.

Jika produk dengan bahan-bahan hewani tersebut ditemukan, maka sudah menjadi kewajiban konsumen muslim mempertanyakan kehalalannya. Bila ditemukan berasal dari hewan halal, perlu dipastikan cara penyembelihan hewan tersebut apakah disembelih dengan cara yang halal pula atau tidak. Namun bila yang digunakan adalah hewan yang tidak umum, maka status kehalalannya perlu diperjelas dan dipastikan.

Selain itu komponen bahan aktif dan bahan penolong dalam proses produksi juga perlu diperhatikan. Bahan-bahan tersebut kadang tidak tercantum pada lebel kemasan. Selain itu ada pula produk berbentuk cair yang mengunakan alkohol sebagai pelarut masih sering ditemukan.

Melihat cukup besarnya peluang pengunaan bahan-bahan yang belum jelas dalam poduk jamu dan suplemen, maka konsumen muslim hendaknya perlu berhati-hati. Legalitas suatu produk merupakan langkah halal yang harus diperhatikan. Produk jamu yang sudah terdaftar dalam pengawasan BPOM biasanya memiliki nomor TR dan nomor MD untuk suplemen lokal atau ML untuk import.

Karena masih sedikit produsen jamu yang mencantumkan lebel halal pada kemasannya, maka konsumen yang peduli akan halal hendaknya lebih teliti lagi sebelum membeli.

( dev / Odi )

Link terkait dengan produsen jamu halal silahkan klik disini

Juli 25, 2010 Posted by | Anggota Kojai, Artikel Kesehatan, Berita Jamu Indonesia, Berita tentang BKO, Ide Bagus, Info Pemerintah | Tinggalkan komentar

Pesta Miras, 3 Tewas Polisi Tetapkan Pemilik Toko Jamu Tersangka

Polres Malang menetapkan pemilik toko jamu jenis gingseng, Slamet Basuki alias Kho An (61) sebagai tersangka. Pemilik toko jamu diduga menjual miras oplosan hingga menyebabkan 3 orang tewas dan 10 lainnya kritis.

“Kami telah tetapkan pemilik toko jamu yaitu Kho An alias Slamet menjadi tersangka
dalam kasus ini,” ujar Kasatreskrim Polres Malang AKP Hartoyo kepada wartawan, Rabu (2/6/2010).

Hartoyo menegaskan, kini pihaknya masih mengembangkan penyelidikan untuk mengetahui peredaran atau pemasaran miras buatan tersangka. Disnyalir miras oplosan buatan tersangka telah meluas di sejumlah daerah di Kabupaten Malang.

“Kami masih telusuri peredaran miras oplosan buatan tersangka,” jelasnya.

Atas perbuatannya ini, lanjut Hartoyo, tersangka Slamet pemilik toko jamu dijerat UU No 80 tentang Kesehatan dan diancam hukuman penjara paling lama 15 tahun dan denda Rp 300 juta.

Menurut keterangan tersangka, kata Hartoyo, dalam sekali membuat miras tersangka
mengoplos 10 liter alkohol dengan kadar 90 persen yang dicampur 3 liter air.
Kemudian campuran alkohol dan air itu didiamkan hingga satu hari.
“Tersangka mengaku telah berjualan selama 5 tahun. Sementara ilmu mengoplos miras didapat dari temannya dengan komposisi campuran beragam, diantaranya air putih, alkohol 90 persen, ginseng, tangkur buaya, anak kijang dan campuran pasak bumi,” ungkap Hartoyo.

Sebelumnya, 3 warga di dua kecamatan berbeda di Kabupaten Malang tewas diduga setelah pesta minuman keras (miras) oplosan jenis gingseng, Minggu (30/5/2010). Miras itu dibeli di toko jamu milik Sriatin dekat Pabrik Gula Krebet Bululawang.

(fat/fat)

Juli 25, 2010 Posted by | Berita Jamu Indonesia, Berita tentang BKO | Tinggalkan komentar

Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia

Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia

22/07/2010 01:05

S I A R A N      P E R S
Nomor: S.376/PIK-1/2010

Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia

Kementerian Kehutanan, c.q Badan Litbang Kehutanan akan menyelenggarakan Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia (TOI), pada 28-30 Juli 2010, bertempat di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Lokakarya yang bertema “Sinergi Multipihak Dalam Budidaya, Pelestarian Dan Peningkatan Kualitas Tanaman Obat Indonesia” ini, akan dibuka oleh Menteri Kehutanan, dengan rangkaian acara yaitu Talkshow, Semiloka, Temu Usaha dan Pameran. Peserta yang akan hadir yaitu Institusi Pemerintah, Pemda, BUMN, Perusahaan Swasta, Perguruan Tinggi, Petani, Pengusaha Jamu, Lembaga Permodalan, Praktisi Herbal, KADIN, dan LSM.

Tujuan lokakarya nasional TOI yaitu (1) mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka konsolidasi, komunikasi dan sharing informasi dalam pengembangan TOI, (2) membangun sinergi dalam pengembangan TOI, (3) mendorong kepercayaan dan kemitraan antar pemangku kepentingan, menciptakan situasi yang kondusif dan solusi konkrit untuk memecahkan permasalahan dalam pengembangan TOI.

Indonesia adalah negara megabiodiversity yang kaya akan tanaman obat, dan sangat potensial untuk dikembangkan, namun belum dikelola secara maksimal. Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat (jumlah ini merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di Asia). Berdasarkan hasil penelitian, dari sekian banyak jenis tanaman obat, baru 20-22% yang dibudidayakan. Sedangkan sekitar 78% diperoleh melalui pengambilan langsung (eksplorasi) dari hutan. Potensi tanaman obat di Indonesia, termasuk tanaman obat kehutanan, apabila dikelola dengan baik akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan. Negara berkembang mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan baku produk farmasi (38% untuk medical dan aromatic plants, 24% untuk vegetables saps dan extract, dan 11% untuk vegetables alkaloids). Tahun 2005, Uni Eropa tercatat sebagai net importir rempah dan herbal dengan total impor 358,2 ribu ton dan terus meningkat 4% per tahun sejak tahun 2003. Sebanyak 60% dari total rempah dan herbal Uni Eropa berasal dari negara berkembang, namun bukan berasal dari Indonesia melainkan Cina, India, Maroko dan Turki. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk pengembangan ekspor tanaman obat ke pasar Uni Eropa. (#)

Jakarta,   22  Juli 2010
Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd.
M a s y h u d
NIP. 19561028 198303 1 002

Juli 24, 2010 Posted by | Berita Jamu Indonesia, Ide Bagus, Info Pemerintah | Tinggalkan komentar

2 (dua) Tahun Jamu Brand Indonesia Bisnis jamu Yang Semakin Menjanjikan….

Jamu telah menjadi budaya masyarakat Indonesia sejak berabad silam, sebagai bagian dari menjaga kesehatan, menambah kebugaran, keperkasaan, dan meningkatkan kecantikan. Sejak dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia melalui “Jamu Brand Indonesia” tanggal 27 Mei 2008, telah menyadarkan semua pihak untuk mengembangkan industri dan usaha jamu, sehingga tahun 2008 dikenal menjadi tahun kebangkitan jamu Indonesia.

Selama kurun waktu dua tahun ini, beberapa langkah kongkret para pemangku kepentingan di bidang jamu sebagai komitmen terhadap kebangkitan Jamu Brand Indonesia antara lain: 1. Adanya peningkatan peran jamu dalam kesehatan, kebugaran, kecantikan, produk herbal terstandar dan fitofarmaka, 2. Pengaturan untuk produk ex-impor melalui Permendag No. 23/M-DAG/Per/5/2010 yang mewajibkan impor jamu adalah importir terdafta dan hanya melalui 5 pelabuhan dan beberapa bandara tertentu, 3. Terbitnya Farmakope Indonesia Edisi Herbal tahun 2009 sebagai upaya penjamina kwalitas jamu dan obat tradisional yang beredar di masyarakat, dll.

Jamu memiliki prospek yang sangat menjanjikan, dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi lebih kurang 30.000 jenis tanaman, dimana 2.500 jenis merupakan tanaman obat, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan jamu bagi kepentingan kesehatan, produk industri, maupun pariwisata, dengan sasaran pasar dalam negeri maupun internasional. Dalam pengembangan jamu terdapat 4 sasaran yaitu a) Pengobatan dan Kesehatan; b) Kudapan minuman ringan (beras kencur, kunir asem); c) Kosmetik (lulur); d) Spa (rempah).

Industri jamu adalah industri yang memiliki aspek ekonomi, sosial dan budaya serta segala jenis bahan baku yang digunakan industri jamu 98% berasal dari dalam  negeri dan sisanya saat ini sudah berhasil dibudidayakan. Industri jamu ini telah banyak memberi manfaat karena pelibatan ratusan ribu petani, pelibatan peneliti, teknologi pangan, bioteknologi, biofarmaka, dll.

Selain itu juga industri jamu telah memberikan lapangan pekerjaan kepada sekitar lima juta tenaga kerja, kemitraan kepada para penjual jamu, serta menumbuhkan industri bahan baku. Saat ini, di Indonesia terdapat 1.166 industri jamu dan obat tradisional yang terdiri dari 130 industri skala menengah dan besar serta sebanyak 1.036 merupakan industri skala kecil, termasuk industri rumah tangga. Dari angka ini, sebanyak 750 merupakan anggota GP Jamu (130 industri skala menengah dan besar serta 620 industri skala kecil dan rumah tangga).

Dalam hal pengembangan jamu kedepan, tentunya pemerintah melalui berbagai kementerian terkait akan membuat regulasi guna melindungi perusahaan jamu Indonesia. Hal ini kami anggap penting, sebagai bagian dari keseriusan pemerintah mendukung industri jamu. Dimulai dari penerapan Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, sampai dengan penerapan Good Traditional Medicines Manufacturing Practices (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Dilengkapi dengan pengawasan pre-market dan post-market, yaitu melalui pelayanan registrasi yang cepat dan transparan dan pengawasan di tingkat produksi dan di pasar. Untuk produk ex-impor, dilakukan pengaturan melalui Permendag No. 23/M-DAG/PER/5/2010 yang mewajportir jamu adalah importir terdaftar dan hanya melalui 5 pelabuhan tertentu. Diperkuat lagi dengan program saintifikasi jamu dan pelayanan kesehatan serta promosi yang terarah terhadap khasiat jamu bagi kesehatan dan kebugaran masyarakat. Terbitnya Farmakope Indonesia Edisi Herbal tahun 2009 merupakan kontribusi terhadap upaya penjaminan kwalitas jamu dan obat tradisional yang beredar di masyarakat.

Tantangan kedepan dalam rangka memperjuangkan pengakuan jamu untuk menjadi identitas Indonesia adalah dengan memperbaiki sistem pasar, pengembangan produk, dan peningkatan kualitas pasokan termasuk penyediaan benih sampai dengan produk akhir dan semua itu akan membawa manfaat apabila masyarakat mencintai, membeli, dan mengkonsumsi jamu Indonesia. Oleh karena itu dalam rangka memperingati �2 Tahun Jamu Brand Indonesia� sebagai kebangkitan Jamu Brand Indonesia kami sampaikan apresiasi yang setinggi-setingginya kepada Bapak Gubernur Jawa Tengah yang berkenan mengajak kita semua untuk Minum Jamu Bersama.

ibkan im

Juli 23, 2010 Posted by | Berita Jamu Indonesia, Ide Bagus, Info Pemerintah | Tinggalkan komentar

Baru 27 Obat Tradisional yang Terbukti Ilmiah

Indonesia boleh bangga punya jamu sebagai warisan budaya. Meski diklaim memiliki khasiat beraneka ragam, kenyataannya baru sedikit di antaranya yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Fakta ini sungguh ironis mengingat Indonesia merupakan negara dengan keragaman hayati paling besar kedua setelah Brazil. Tak kurang dari 30.000 jenis tanaman bisa ditemukan, dan diperkirakan 10.000 jenis di antaranya merupakan tanaman berkhasiat.

Padahal untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan formal dan diperlakukan seperti obat moderen, obat tradisional harus dibuktikan khasiatnya secara ilmiah. Bukti empiris secara turun temurun seperti pada jamu saja tidak cukup.

Saat ini BPOM mencatat, baru ada 27 obat tradisional yang telah melewati uji preklinis pada hewan dan terdaftar sebagai obat herbal terstandar. Sementara yang lolos uji klinis pada manusia dan terdaftar sebagai fitofarmaka hanya ada 5 produk.

Kasubdit Inspeksi Produk II, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, BPOM, Tepy Usia, M.Phil, PhD, mengatakan, salah satu kendalanya terletak pada industri yang kurang berminat untuk mengembangkannya.

“Butuh kerjasama dari banyak pihak. Kadang-kadang industri sudah keluar banyak biaya untuk standarisasi, ternyata tidak ada yang mau pakai,” ungkap Tepy dalam acara jumpa pers TMExpo di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (6/7/2010)

Untuk itu berbagai cara telah dilakukan, agar jamu tetap distandarisasi meski belum melewati uji klinis. Salah satunya melalui program saintifikasi jamu yang dikembangkan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.

Upaya lainnya mencakup pengadaan klinik herbal dan obat tradisional di beberapa rumah sakit. Beberapa universitas juga membuka pendidikan khusus jamu dan obat tradisional untuk mendukung upaya tersebut.

Sementara itu untuk membidik pasar internasional, Tepy menekankan obat tradisional harus mengutamakan kualitas, keamanan dan kemanjuran (efficacy). Ketiganya bisa dicapai dengan menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP) atau Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.

Salah satu ajang untuk memasarkan produk obat tradisional adalah TMExpo, yang tahun ini akan digelar di Suntec International Convention and Exhibition Center, Singapura. Berbagai negara dari kawasan Asia, Eropa dan Amerika akan ambil bagian dalam pameran tersebut.

Acara yang akan berlangsung 15-17 Oktober 2010 ini merupakan yang kedua kalinya digelar oleh Singapore TCM Organisations Comittee (STOC). Tahun lalu, pameran serupa diikuti 90 peserta dan dihadiri 7.181 orang pengunjung.(up/ir)

Juli 10, 2010 Posted by | Artikel Kesehatan, Berita Jamu Indonesia, Ide Bagus, Info Pemerintah | Tinggalkan komentar